nusakini.com--Untuk menyikapi perkembangan situasi keamanan di kawasan, Menteri Luar Negeri RI, Retno Marsudi, dijadwalkan untuk berkunjung ke Manila untuk melakukan pertemuan trilateral dengan Menlu Filipina dan Menlu Malaysia, Jumat minggu ini. Hal tersebut disampaikan oleh Juru Bicara Kementerian Luar Negeri, Arrmanatha Nasir, pada press briefing mingguan di Kemlu, Jakarta (20/6). 

"Tujuan pertemuan ini khususnya untuk membahas perkembangan situasi di Filipina selatan dan dampaknya bagi kawasan," ujar Arrmanatha. Pertemuan ini merupakan inisiatif dari Menlu Retno dan merupakan tindak lanjut dari pertemuan trilateral serupa yang pernah dilakukan di Yogyakarta, Mei tahun lalu. 

Selain Menlu, dalam pertemuan tersebut akan hadir juga antara lain Menteri Pertahanan, Panglima TNI, Kapolri, dan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT). 

"Jika tahun lalu isu yang dibahas utamanya tentang keamanan laut, pertemuan kali ini akan go beyond," ungkap Arrmanatha. "Terkait krisis di Marawi, akan dibicarakan juga tentang pencegahan dan penanganan masalah-masalah di sub-kawasan, mengingat Filipina selatan berbatasan langsung dengan Indonesia." 

Pada pertemuan tersebut, Indonesia akan meminta penjelasan dari otoritas Filipina terkait perkembangan situasi di Filipina selatan dan langkah-langkah yang sedang dan akan diambil oleh pemerintah Filipina untuk menangani krisis. Indonesia dan Malaysia memiliki perhatian yang sama terhadap kemungkinan berkembangnya masalah terorisme di kawasan. 

Pertemuan trilateral yang kedua ini diharapkan dapat menghasilkan langkah konkret kerja sama ketiga negara untuk menangkal terorisme dan radikalisme. Kerja sama tersebut antara lain dalam hal border control, intelijen, penegakan hukum, pemberdayaan ekonomi, dan humanitarian system. 

"Masalah di sub-kawasan ini harus diselesaikan secara komprehensif, tidak bisa lagi diselesaikan dengan hard power approach," ujar Arrmanatha. 

Selain rencana kunjungan Menlu Retno ke Manila, Arrmanatha juga memaparkan agenda Menlu untuk menerima Menlu Maladewa, Mohamed Asim, Rabu (21/6). Tujuan utama pertemuan ini adalah untuk memperkuat kerja sama bilateral antara kedua negara.

Maladewa merupakan salah satu pasar non-tradisional Indonesia di Afrika dengan potensi kerja sama yang besar khususnya di bidang pariwisata. Dikatakan oleh Arrmanatha, saat ini ada sekitar 1400 WNI yang bekerja di Maladewa, mayoritas di sektor pariwisata. Oleh karena itu, isu perlindungan WNI menjadi salah satu hal yang akan diangkat oleh Menlu Retno pada pertemuan dengan Menlu Maladewa. 

Saat ini nilai perdagangan Indonesia dan Maladewa masih tergolong kecil, dengan total nilai perdagangan pada 2016 sebesar USD 39 juta dan mayoritas surplus bagi Indonesia. Pada tahun 2015, jumlah wisatawan Indonesia yang berkunjung ke Maladewa berjumlah sekitar 3500 orang. Sementara itu, turis Maladewa yang berkunjung ke Indonesia sebanyak 1900 orang. (p/ab)